Selasa, 03 Juni 2008

esensialisme, progresivisme dan konstruktisme

esensialisme

Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.

Progresivisme

merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberikan penekanan yang lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, hasil belajar dunia nyata, dan lebih dari itu “berbagi pengalaman di antara teman sebaya”. Progresivisme berlawanan dengan filosofi “efisiensi pabrik”, suatu model yang menumbuhkan pengajaran semu (artificial instruction) dan belajar yang dikendalikan buku teks dan tes tertulis. Teori inilah yang dijadikan landasan berpikikr dalam proses pembelajaran sains di Malaysia.
“Sebenarnya kurikulum di Malaysia, sama dengan kurikulum yang kita terapkan di Indonesia. Hanya saja di Malaysia kurikulumnya relatif tetap, sedangkan kita cenderung mengalami perubahan,” ungkap I Wayan Sudiarsa, M.Si, peserta Smart Learning Workshop Programme tahun 2005 dari SMAN 1 Susut Bangli.
Guru yang menggemari kegiatan tulis-menulis ini menjelaskan, dalam proses pembelajaran sains di Malaysia seluruh perangkat pembelajaran disediakan secara penuh oleh pihak Kerajaan Malaysia. Kurikulum, sistem evaluasi, sofware pembelajaran, dan sarana lain sangat mendukung proses pembelajaran sains. “Di Malaysia banyak sekali donatur yang mendukung dan membantu sofware dalam proses pembelajaran sains,” sambung alumnus IKIP Negeri Singaraja dan Fisika Bumi ITB ini.
“Kalau proses praktikum tidak dapat dilakukan di laboratorium dengan cara terbuka, para guru dan siswa di sana melakukan praktikum di dunia maya. Dunia maya maksudnya, melakukan praktikum dengan bantuan program komputer. Siswa seolah-olah melakukan kegiatan yang kondisinya sama dengan laboratorium sesungguhnya. Inilah yang mungkin dapat kita adopsi dalam proses pembelajaran sains di Indonesia,” lanjut guru yang berasal dari Desa Selat Klungkung ini. Ditambahkan, dalam proses pembuatan kegiatan praktikum di dunia maya, guru-guru sains di Malaysia kreatif mencari bahan yang bersumber dari internet. Bahan-bahan pembelajaran sains dari internet inilah kemudian dikemas sedemikian rupa sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan dan dipresentasikan dengan Microsoft Power Point. Beberapa keuntungan pelaksanaan praktikum di dunia maya, kondisi praktikum yang diinginkan bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Di samping itu, siswa akan terhindar dari bahaya listrik dan zat-zat kimia yang sangat berbahaya tidak memerlukan tempat serta alat dan bahan yang banyak.
Ketika Tokoh menanyakan kemungkinan model ini diterapkan di Indonesia, dengan sangat optimis bapak dua putri ini mengatakan, pembelajaran sains dengan praktikum di dunia maya sangat mungkin untuk dikembangkan di Indonesia. “Kita sangat mungkin menerapkan model ini dalam pembelajaran sains di sekolah. Kita sangat menyadari pemerintah tidak bisa menyediakan sarana dan prasarana praktikum sains yang sangat besar. Kreativitas guru dalam menyediakan perangkat inilah yang perlu kita kembangkan mulai sekarang,” ungkap peraih penghargaan Sains Education Award 2002 dari Yayasan Toray ini. Sudiarsa mengungkapkan tiga syarat utama yang mesti dipenuhi dalam mengembangkan praktikum di dunia maya dalam pembelajaran sains ini. Pertama, membuka wawasan guru-guru sains tentang komputer, kedua, penyediaan komputer oleh sekolah, dan ketiga penguasaan internet oleh guru-guru dalam mencari situs-situs pembelajaran yang sesuai. Di samping itu guru diharapkan minimal menguasai beberapa program komputer seperti Microsoft Word, Excel, Power Point, dan mampu menguasai internet.
Hal senada diungkapkan Drs. Gede Ariyasa, guru kimia dan pengkaji kurikulum SMAN 1 Sidemen Karangasem. Dalam proses pembelajaran kimia dengan menggunakan model praktikum di dunia maya, guru sains harus mampu menunjuk situs dalam internet yang menyajikan pokok bahasan tertentu. “Misalnya dalam proses pembelajaran konsep titrasi asam dan basa, siswa seolah-olah melakukan dalam laboratorium yang sesungguhnya. Guru wajib menunjukkan dan memberi tahu situs yang menyajikan konsep ini,” ujar guru yang suka melakukan penelitian ini. Beberapa teori pembelajaran seperti Quantum Learning, Quantum Teaching diadopsi dengan baik dan diterapkan dalam proses pembelajaran. “Kolaborasi mo

kontsruktivisme

Mengajar tidak secara otomatis menjadikan siswa belajar. Tugas guru dalam mengajar antara lain adalah membantu transfer belajar. Tujuan transfer belajar ialah menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi baru, artinya apa yang telah dpelajari itu dibuat umum sifatnya. Melalui penugasan dan diskusi kelompok misalnya, seorang guru dapat membantu transfer belajar. Oleh karena itu fakta, prinsip, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk terjadinya transfer belajar sudah dikuasai oleh siswa yang sedang belajar.

Biggie, 1989, merangkum perbedaan penting antara teori belajar perilaku dengan teori belajar kognitif. Seorang guru penganut teori belajar perilaku berkeinginan mengubah perilaku siswanya, sedangkan guru yang menganut teori belajar kognitif ingin mengubah struktur kognitif (pemahaman) siswanya.

Sesungguhnya ada dua kutub dalam pendidikan saat ini, yaitu tabula rasa dan konstruktivisme. Menurut rujukan tabula rasa, siswa diibaratkan kertas putih yag ditulisi apa saja oleh gurunya atau ibarat wadah kosong yang dapat diisi apa saja oleh gurunya. Dengan pendapat ini seakan-akan siswa bersifat pasif dan memiliki keterbatasan dalam belajar. Menurut rujukan konstruktivisme, setiap orang yang belajar sesungguhnya membangun pengetahuannya sendiri. Jadi siswanya dapat aktif dan terus meningkatkan diri dalam kondisi tertentu.

Struktur kognitif seseorang pada suatu saat meliputi segala sesuatu yang telah dipelajari oleh seseorang (Ausubel dalam Kalusmeier, 1994). Hasil belajar sendiri dapat dikelompokkan menjadi (1) informasi verbal; (2) keterampilan; (3) konsep, prinsip, dan struktur pengetahuan; (4) taksonomi dan keterampilan memecahkan masalah; (5)strategi belajar dan strategi mengingat. Seluruh hal itu dipelajari “initially”, direpresentasikan secara internal, diatur dan disimpan dalam bentuk “images”, simbol dan makna. Struktur kognitif mengalami perubahan sejak lahir dan maju berkelanjutan sebagai hasil proses belajar dan pendewasaan/kematangan. Konsep, prinsip, danstruktur pengetahuan (termasuk taksonomi dan hierarkinya), pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang penting dalam ranah kognitif.

del pembelajaran dan metode discovery (penemuan) sangat kental dalam proses pembelajaran sains di Malaysia. Penciptaan games pembelajaran yang diambil dari internet banyak dimodifikasi guru-guru sains di Malaysia,” lanjut juara I Guru Berprestasi nasional tahun 2003 ini.




karakter guru

karakter guru yang menyenangkan

1. bersahabat
2. berwawasan luas
3. fleksible
4. jujur
5. kreatif
6. bijakasana
7. aktif

karakter guru yang tidak menyenangkan

1. otoriter
2. monoton
3. ortodoks
4. egois
5. pasif
6. driskriminatif
7. individualis